blog yg lain

Tuesday, September 17, 2013

Lelaki Pembeli Cinta

Hujan masih menyisakan rinai lembut.
Hanya manusia malam yang masih menghiasi sudut-sudut remang.


Beberapa kendaraan sesekali melintasi jalanan yang basah oleh sisa hujan.
Gerobak pedagang kaki lima berdecit memecah kesunyian.
Senyum sumringah sang pedagang usai menghitung untung dari dagangan yang laku barusan. “Malam keberuntunganku sepertinya” desis lelaki itu sambil melanjutkan langkah pulang. Terbayang senyum istri menghitung lembar rupiah yang bakal masuk ke tabungan. Tak terlihat rasa letih meski harus menarik gerobak pecel lele beserta tenda yang diletakkan diatasnya. Cinta sederhana yang ia semai bersama istri yang kalau anaknya sedang tidak sakit pasti ikut mendorong gerobak reot itu.


Sudut lain,
Sebuah kafe mungil menawarkan persinggahan untuk pasangan kekasih yang sedang kasmaran. Menghabiskan malam minggu sambil menganyam rasa, dan membuang uang tentu saja. Yah, tak ada yang gratis untuk kesenangan, apalagi di kota seperti Jakarta.


Sepasang pecinta terlihat masyuk di pojok remang-remang .. Menikmati musik pelan yang merebak menyelusup nalar, yang dinyanyikan oleh gadis jelita. Penyanyi bintang di kafe itu. Keduanya seperti terlena.
Tangan mereka erat saling menggenggam...
Tautan mata saling melikat.
Seperti saling mengukur kedalaman ceruk hati masing-masing.


Senyum di bibir sang gadis, membentuk garis indah di bibirnya yang berbalut lipstik tipis.
Tetapi senyum itu seperti tertahan.. menahan duka yang semburat berusaha diredam.
 
“Apakah salah dengan perasaanku”, gumamnya pelan.

Laki-laki itu tertunduk.
“tak ada yang salah. Hanya, mungkin terlambat”.

"Adakah cinta yang terlambat? Adakah hati yang salah karena mencintai? Meski yang dicintai telah memiliki tambatan di seberang. Ahh... Ahh” gadis itu mengeluh.


Tatapan laki-laki itu getas.

 Gadis di depannya. Dengan senyum tertahan, meski tetap menawan.
”Atau aku harus menculik kamu sayang. Adakah keberanian dalam hatimu? Meninggalkan sarang mungil dengan gadis bermata bening”
Gadis itu menggumam.


Laki-laki itu menggeleng pelan. Wajahnya pias.
 “Akupun tak memungkiri perasaan ini. Tak memungkiri rasa yang larat ini. Larat tetapi indah saat menatap wajahmu, merengkuh hangat tubuhmu”.
laki-laki itu berbicara pelan, sambil menggenggam jemari sang gadis.


Kembali suasana sunyi..
Lagu sudah berhenti.. hanya nafas yang tertahan melingkupi malam yang makin temaram..


“Sudah hampir pagi.. Ayo pulang, ada anak-anak yang menungguku di rumah".
Laki-laki itu berkata lirih, kemudian menyelipkan amplop ke dalam tas si gadis.


 Si gadis mengerjabkan matanya...

Keduanya berdiri...


Tiba-tiba, segerombolan orang tampak mendekat ke arah mereka. Lalu dengan cekatan meringkus lelaki itu.


Tentu saja sang gadis terperanjat. Wajahnya memucat.


“Ada apa ini?’teriaknya histeris.

“Tenang saja nona, lelaki ini kami tangkap!”

“Tolong serahkan tas anda nona!”

“Anda harus ikut kami ke kantor!”

#
Tak lama kemudian, twitter riuh dengan  berita penangkapan terduga koruptor di sebuah kafe, sedang berkencan dengan perempuan yang diduga selingkuhannya.
Didalam tas si perempuan ditemukan uang tunai  50 juta.


depok 17 september 2013