blog yg lain

Friday, January 3, 2014

Taman Bercahaya

Yang aku ingat saat itu siang cukup terik.
Matahari seperti memanggang kepala.
Jalanan agak lengang, lalu aku menyebrang.
Dari kejauhan sebenarnya sudah kulihat motor itu, entah berapa kecepatannya.
“Brukk!!!”  kurasakan tubuhku didorongnya dengan keras.
Aku melayanggg…  lalu semua gelap.

Saat  tersadar,  dengan mata yang belum bisa melihat dengan sempurna.
Kulayangkan pandang ke sekelilingku.
“Tempat apa ini?” bathinku.
Tempat di sekelilingku terlihat bercahaya.
Meski  benderang tetapi  tidak membuat  mataku silau.
Warna-warni di semua tempat.
Saat kulihat tubuhku, tak ada cedera sekalipun.
padahal, dalam ingatanku…
Aku tertabrak motor yang melaju kencang tadi. “Hmmm”
Segera aku bangun.
Tak terasa sakit di kakiku, lalu kuayun langkah, meski tak tahu akan kemana.

Udara terasa nyaman.
Langit hitam dipenuhi cahaya banyak sekali.
Cahaya yang bergerak cepat kesana-kemari.
Ajaib!!

Jalan yang kutapak terlihat bercahaya.
Bekas tapak kaki pun memercikkan warna-warni. Indah sekali.
Perdu di sekitar jalan juga terlihat mengeluarkan cahaya. Sebuah taman yang ajaib.

“Dimanakah ini?” bathinku. “Surgakah?”

Kulangkahkan kaki menuju taman di depan.
Taman penuh cahaya. Ada kursi dan ayunan yang bercahaya.
Juga cahaya yang terlihat melayang terbang kesana-kemari membuat taman benar-benar indah.
Kuraba kursi panjang di taman yang terlihat bercahaya itu, lalu aku duduk.
Mataku tertumbuk pada pohon di seberang tempatku  duduk.

Ada buah yang juga bercahaya merimbun.
Aku belum pernah melihat jenis buahnya.
Buah-buahan itu tak hanya satu warna, tetapi ada tiga warna berpendaran. Indah sekali.
Tak mungkin buah seperti itu bisa ku temui di kebun milik pak haji di dekat rumah atau di pasar dimana aku sering belanja menemani ibu.
Tak berapa lama, kulihat ada sosok mendekat ke arah pohon.
Sosok itu memakai pakaian orange yang memancarkan cahaya hijau muda. Terlihat kontras dan indah. Aku tak bisa melihat wajahnya karena jarak yang cukup jauh.
Kulihat sosok itu mengambil buah dari pohon itu dan memakannya dengan lahap.

perutku tiba-tiba keroncongan, lalu naluriku mendorong kaki ini mendekat kearah sosok itu.
dalam jarak kira-kira empat meter baru aku bisa melihat jelas sosok itu. 
Seorang perempuan yang sudah berumur dengan wajah yang masih terlihat cantik. 
Awalnya ia terkejut melihat kehadiranku, tetapi kemudian tersenyum.
Aku ragu-ragu untuk mendekat, tetapi perempuan itu melambaikan tangannya.
Seperti ada kekuatan tak kasat aku terdesak mendekat ke arah perempuan itu.
Setelah dekat, kepalaku diusapnya.

“Kamu tak boleh lama-lama disini” kata perempuan itu.

Aku hanya diam.
Kalau boleh memilih aku lebih suka disini.
Indah sekali tempatnya. Dalam hati aku ingin membantah.
Ajaib, sepertinya  perempuan itu tahu isi hatiku.

”Kamu harus pulang” lembut suara perempuan itu kembali terdengar di telingaku.

tangan kirinya terlihat masih memegang buah yang terlihat tinggal  setengah.
melihat aku yang menatap buah di tangannya, perempuan itu berkata”kamu lapar ya?”
aku mengangguk malu.

“itu buah apa nek?” aku asal memanggil perempuan itu nenek, karena memang terlihat sudah berumur.
Wajahnya seperti tak asing dimataku.

“ini adalah buah yang tumbuh dari doa” kata si nenek

“Dari doa?” tanyaku

“Iya, dari doa anak cucuku yang sedarah denganku. Termasuk doamu “kata si nenek sambil memandang buah kemerahan di tangannya. 

Kemudian ia berkata lagi, ” buah yang berwarna kebiruan itu.
Itu buah yg tumbuh dari ilmu yang diamalkan. Saat aku masih di dunia dulu, aku tak segan berbagi ilmu. Karena itu sampai sekarang, selama ilmu itu masih diamalkan, ia akan menjelma buah berwarna biru itu.

“Lalu buah yang berwarna kuning itu darimana nek?” aku mulai berani bertanya, tanpa takut seperti tadi.

“Itu buah dari harta yang di sedekahkan saat di dunia. Amal jariyah akan menjelma buah berwarna kuning itu,” jawab nenek.

kali ini aku berani menatap agak lama ke wakah perempuan itu.
Wajahnya mirip ayah, terutama hidung dan tirus wajahnya.
Ya, ayah selama ini mengajarkanku doa-doa.
Doa yang terkirim buat semua leluhur yang dianggap sedarah. Karena menurut keyakinan ayah, doa kita akan sampai ke seluruh saudara asalkan sedarah.

Jadi ini hasilnya.
Doa itu menjelma buah-buahan di pohon yang tumbuh di taman cahaya.
Lalu buah itu menjadi makanan para penghuninya. Juga ilmu yang diamalkan, dan harta yang di sedekahkan. “Hmmm…”

“kamu harus pulang, le?” kali ini suara perempuan itu terdengar tegas.
Tangannya tiba-tiba diletakkan di kepalaku, lalu aku seperti  jatuh melayang.
Di bawah kulihat tubuhku rebah di pinggir jalan, dikerumuni banyak orang.
Aku jatuh tepat diatas tubuhku sendiri.
Lalu semua gelap.

#
Saat tersadar aku masih dalam kerumunan.
Mataku kali ini silau oleh matahari yang terik menyengat diatas kepalaku.
Lalu aku mencoba berdiri,  dengan kepala yang terasa berdenyut.
Beberapa orang membantu aku bangun. Orang-orang berteriak saat tahu aku tersadar.
Sepontan ada yang menyodorkan minuman kepadaku.
Tetapi aku menolak. Hari ini aku puasa.
Lalu kuperhatikan sekujur tubuhku.
Tak ada luka yang parah.
hanya kepalaku yang terasa sangat pusing.
Juga darah yang terasa dingin di bagian belakang kepala.

Beberapa orang membujukku untuk dibawa ke rumah sakit.
Tetapi aku tidak mau.

Aku ingin segera pulang untuk  bertemu ayah.
Menceritakan pengalamanku barusan.

#
Kampung Sawah heboh,
Seorang anak SD mendadak bisa menyembuhkan segala penyakit.
Orang menyebutnya “Tabib Tiban”.


depok 2013
postingan ulang, pernah di posting di kompasiana

No comments:

Post a Comment