Jan
5, '08 9:17 AM
|
"Siapa
di depan itu?" Tanyamu lemah.
Sesosok hitam berdiri di depan pintu.
Tangannya memegang sesuatu.
"Mendekatlah!!", serumu..
Seruan yang dulu akan menggetarkan siapapun yang mendengarnya.
Bahkan harimau terganaspun akan terdiam ketakutan mendengar hardikanmu
Sosok itu masih diam.
Tak juga mendekat seperti orang-orangmu dulu.
yang begitu "bungah" mengerubungimu.
Yang berebutan bahkan misalnya harus menciumi kakimu. Menjilati daki-daki yang melekat di tubuhmu.
Orang-orang yang akan melakukan apa saja demi mendapat kata-kata saktimu.
Kata-kata yang berarti ijin..
ijin membabat hutan.. Ijin mengeruk tanah..
Ijin menggangsir pantai.. Ijin membangun ketakutan..
Ijin membuat teror.. Bahkan Ijin membunuh..
Orang-orang itu memang masih mengitarimu..
Masih
mengerubungimu.
Masih menunjukkan loyalitasnya.. Kesetiaannya.
Bahkan bila kau mampu menyuruh.
Mereka masih mau menelan ludahmu... Bahkan kalau perlu menjilat pantatmu sekalipun.
Luar biasa.. Kamu memang luar biasa!!
Masih menunjukkan loyalitasnya.. Kesetiaannya.
Bahkan bila kau mampu menyuruh.
Mereka masih mau menelan ludahmu... Bahkan kalau perlu menjilat pantatmu sekalipun.
Luar biasa.. Kamu memang luar biasa!!
Tetapi kini. Ada yang tak mau menuruti kata-katamu..
Mengabaikan seruanmu..
Membiarkanmu sekarat...
Bahkan Doa-doa dari para Kiai bayaranmu. Para Dai dan Ustad yang di datangkan
untuk membacakan ratusan kali pengggalan ayat suci itu pun..
Tak mampu menolongmu..
Bahkan Doa-doa dari para Kiai bayaranmu. Para Dai dan Ustad yang di datangkan
untuk membacakan ratusan kali pengggalan ayat suci itu pun..
Tak mampu menolongmu..
Tak memberimu kesejukan..
Tak bisa mengusir rasa panas di ruangan ber AC tempatmu tergeletak.
"Tuan!!".. Serumu.. "Apakah Tuan malaikat maut?"..Tanyamu lemah..
"Cabut nyawaku tuan!! Cabut!!" rintihmu tersedu
"Tuan!!".. Serumu.. "Apakah Tuan malaikat maut?"..Tanyamu lemah..
"Cabut nyawaku tuan!! Cabut!!" rintihmu tersedu
Kamu sudah pasrah. Beberapa kali menggelinjang dalam kesakitan, dan itu berarti membuat repot perawat yang siaga 24 jam di sisimu. Menimbulkan ledakan tangis dari putrimu, yang sangat takut kehilanganmu.
Kematianmu berarti matinya kuasa.
Yang selama ini langgeng dan memudahkan anak-anakmu berbuat apa saja.
Menginjak
siapa saja.
Kesakitan yang sangat, amat sangat. Tak dirasakan oleh orang-orang yang merasa mencintaimu. Mereka sejatinya sedang menuruti ego. Saat berat melepasmu, sebenarnya sedang keberatan melepas kuasa yang selama ini membayang di belakang figurmu.
Kamu yang
sekarat sebenarnya sedang di perkuda kepentingan orang-orang terdekatmu.
Cinta
mereka mengabaikan rasa sakit yang kau sandang.
Memperpanjang
sekarat yang sangat menyengsarakanmu...
Yang membuatmu
merintih-rintih. Di hadapan sosok hitam yang masih diam.
Hanya mata merahnya saja
Yang tajam. Menatapmu. Membuatmu seperti ditusuk belati berulang kali.
Tetapi
tak mati-mati
No comments:
Post a Comment