blog yg lain

Monday, July 15, 2013

Dongeng kematian




Tujuh langkah terakhir dari orang-orang yang mengantar kematiannya masih terdengar. 
Juga Isak keluarga dekatnya, saat jasadnya ditimbun tanah. 

Sampai kemudian semua mendadak berubah, Tanah sempit itu mendadak melebar. Kemudian dari dalam tanah muncul tembok yang menyekat membentuk bangunan rumah. Diujung ruangan secara ajaib muncul seperangkat meja kursi dengan makanan yang terhidang diatasnya. tempat ia ditidurkan pun sekarang berubah menjadi ranjang empuk yang nyaman.
Inikah alam kuburnya? Inikah balasan Tuhan atas apa yang ia perbuat selama ini?

Saat kesadarannya belum sempurna, lamat ia dengar suara tangis. 
Rupanya penghuni bangunan disampingnya. Dilongoknya dari jendela rumah, bangunan tempatnya tinggal saat ini. Seseorang tampak meringkuk di pojokan. 
Disapanya orang itu, “Kenapa kok nangis?” Orang itu melongokkan wajahnya. terlihat karut. “aku lapar.. tapi makanan yang muncul selalu basi, tak bisa kumakan..” Ratapnya sedih. Merasa iba, diambilnya jatah makanannya unutk diberikan ke orang itu. Tetapi ajaib, Ia tidak bisa memasuki wilayah orang itu. Seperti ada sekat tak terlihat yang menahan langkahnya.
“Sudah 10 Tahun aku disini..makananku selalu basi” orang itu terbata-bata menceritakan nasibnya.

matanya berkaca-kaca. 
Saat itu tiba-tiba, ruangan nya yang tadi agak redup perlahan mulai terang benderang.
Sementara ruangan tetangganya yang selalu dapat makanan basi itu menggelap. kemudian menyempit.. Menghimpit sang penghuninya yang tak bisa berbuat apa-apa..Hanya berteriak pilu.

Tak kuasa ia melihat pemandangan itu. kemudian kakinya melangkah keluar. Seperti ada yang menggerakkan, kakinya berjalan ke arah samping kanan. disitu ada bangunan besar dengan taman yang indah. dilihatnya sang penghuni sedang duduk di tengah taman.
Wajahnya berseri-seri. Pohon buah beraneka jenis tumbuh dan merunduk seolah meminta untuk dipetik dengan buah-buah yang segar. betapa bahagia orang itu. makanan lezatpun melimpah di mejanya. 
Hatinya bergetar gembira melihat pemandangan itu. meski tak semewah rumah orang itu. Rumahnya sekarang juga terlihat bagus, walau lebih sederhana.
Kemudian ia melangkah lagi. di seberang jalan ia melihat pemandangan yang memilukan. Seseorang tampak terhimpit tanah. matanya melotot dengan urat menguar dimuka dan lehernya. 
Tak ada keluhan yang muncul dari mulutnya, karena mulutnya tampak terbuka dengan lidah menjulur. 
Sepertinya rasa sakit tak bisa digambarkan lagi..
Terbata ia bergegas…. 
Lari tanpa melihat arah.. 
Pontang-panting kaki berlari. 

Di perjalanan macam-macam hal dilihatnya.
 Orang-rang yang menerima balasan atas apa yang diperbuatnya selama hidup. 
Ada yang terlihat gembira. 
Ada yang tersiksa tiada tara.
Sampai akhirnya ia tiba rumahnya sendiri. 
Kemudian ia masuk kedalam rumahnya. 
Hatinya masih tercekat dengan semua pemandangan yang dlihat barusan. 
Tiba-tiba ia teringat anaknya. Ingin sekali ia menceritakan apa saja yang dilihatnya.
Seandainya ia bisa hidup lagi. 
kembali ke kehidupan dunia. 
Komat-kamit mulutnya membaca doa.
Agar bisa hidup lagi. 
Bertemu anaknya. 
Menceritakan semuanya.
Semuanya..

Setelah tiga hari berdoa, keinginannya rupanya dikabulkan. 
Atap rumahnya tiba-tiba terbuka. Reruntuhan tanah mengenai wajahnya. Ia menggerakkan tubuhnya yang kembali terbungkus kafan. 
Dilihatnya wajah anak terkasihnya terperanjat. 
“emak hidup lagi.. emak hidup lagii!!” teriak anaknya, diiringi wajah-wajah tegang dan terperangah dari orang-orang yang membantu membongkar makamnya.
Akhirnya ia kembali kerumahnya. 
Di rumah, anaknya bercerita, kalau semenjak emaknya di kubur. empat hari setelah itu ia bermimpi emaknya meminta ia untuk membongkar kubur. Karena penasaran dengan mimpinya akhirnya ia bongkar. 
Ternyata benar. emaknya hidup lagi.
Orang-orang kampung berkumpul di rumahnya, termasuk sang Buya yang terhormat. 
Tuan Guru yang selama ini menjadi pemuka agama di kampungnya.
Mereka duduk melingkar. Siap untuk mendengakan ceritanya selama empat hari menghuni alam kubur.

Akupun turut mendengar cerita itu, meski cuma dari mulut kakakku, yang juga mendapatkan cerita dari teman kerjanya, yang kebetulan satu kampung dengan nenek itu.
Nenek yang merasakan kehidupan kedua.
Kemudian kutulis cerita itu, untuk kubagi disini


@seblat | Depok | Desember 2009


No comments:

Post a Comment